PENGEMBANGAN KREATIVITAS AUD
PERANAN GURU YANG MENGHAMBAT MENDUKUNG KREATIVITAS ANAK

Oleh
:
Kelompok
7
1.
Ratih Hardiyanti 1200783
2.
Rahmi Syah Putri 1200794
3.
Wetria Novia 1200802
4.
Heni Dian Furnia 1200806
5.
Regina Monalisa 1200814
6.
Ditha Fradina 1200824
7.
Annisa Muharramah 1200835
8.
Rigena Morita 1200837
JURUSAN
PG – PAUD REGULER 2012
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan izinnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “ PERANAN GURU YANG MENGHAMBAT
DAN MENDUKUNG KREATIVITAS ANAK”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengembangan Kreativitas AUD”.
Melalui penulisan makalah ini, penulis harapkan akan menambah wawasan pembaca
tentang karakteristik perkembangan anak usia dini.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari dorongan
moril dan materil dari berbagai pihak, maka sudah selayaknya penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah banyak memberikan bimbingan
pengetahuan dan ilmu kepada penulis. Semoga bimbingan, dorongan, bantuan
menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin ya Rabbal
‘alamin.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan ilmu, dan pengalaman yang penulis miliki, untuk
itu saran dan kritikan yang bersifat perbaikan sangat penulis harapkan.
Padang,
10 Desember 2014
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Selama
di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan
sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan
perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci
kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah
dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran
dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama,
Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah
khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan
masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran
guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi
belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan
mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan
kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi
guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
faktor pendukung perkembangan kreativitas anak ?
2. Bagaimana
faktor penghambat perkembangan kreativitas anak ?
3. Bagaimana peran
guru dalam pengembangan kreativitas anak ?
4.
Bagaimana kendala dalam pengembangan kreativitas anak?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui faktor
pendukung perkembangan kreativitas anak
2. Untuk
mengetahui faktor penghambat perkembangan kreativitas anak
3. Untuk
mengetahui peran guru dalam pengembangan kreativitas anak
4.
Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan kreativitas
anak
BAB II
ISI
A.
FAKTOR PENDUKUNG
KREATIVITAS ANAK
Pada mulanya
kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki individu
tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas
tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan
dari lingkungan. Menurut Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan
beberapa faktor yang dapat mendorong dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :
1.
Waktu, kegiatan anak
seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga hanya sedikit waktu yang
bisa mereka gunakan untuk membuat suatu gagasan atau konsep;
2.
Kesempatan menyendiri,
hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi
kreatif;
3.
Dorongan terlepas dari
seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi anak yang kreatif mereka
harus bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan pada anak
yang tidak kreatif;
4.
Sarana, sarana bermain
atau sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi
dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas;
5.
Lingkungan yang
merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas anak;
6.
Hubungan anak dan orang
tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang tidak terlalu posesif akan
mendorong kemandirian anak;
7.
Cara mendidik anak,
mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan disekolah akan meningkatkan
kreativitas anak;
8.
Kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak
pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik kreativitas anak. (Ahmad Susanto,
2012 : 124)
Utami Munanadar
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mendukung kreativitas adalah :
1.
Usia;
2.
Tingkat pendidikan
orang tua;
3.
Tersedianya fasilitas;
4.
Penggunaan waktu luang
Selain itu faktor yang
mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan anak mengatakan
bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan menggunakan
strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses,
dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 : 19)
Selain itu, ada (4)
faktor pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu :
1.
Rangsangan mental,
dengan memberikan motivasi, penguatan, dan menerima kekurangan dan kelebihan
anak, anak merasa percaya diri untuk mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu
secara spontan;
2.
Iklim dan kondisi
lingkungan, lingkungan yang kondusif akan mengembangkan kreatifitas anak,
seperti pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah, terdapat hiasan-hiasan
dinding, musik, aroma;
3.
Peran guru, guru
menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah selayaknya guru memberikan yang
terbaik pada anak. Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk mengembangkan
kreativitas anak;
4.
Peran orang tua, orang
tua memiliki peranan yang penting terhadap pengembangan kreativitas anak.
Dengan menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani dan percaya diri
untuk belajar terhadap lingkungannya. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)
B.
FAKTOR PENGHAMBAT
KREATIVITAS ANAK
Menurut Renzulli dalam
Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait serta merupakan
kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum,
kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad
Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami
berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat
mematikan kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak
merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka
belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita
mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita
memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Ada empat hal yang mematikan
kreativitas, yaitu:
a. Evaluasi
Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk
memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi,
atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik
berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas
anak.(Utami Munandar, 2004 : 223) Selain itu kritik atau penilaian sepositif
apapun meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian
itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.
b. Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau
meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat
merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
c. Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara
tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi
apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa
lain da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
d. Lingkungan yang Membatasi
Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai
anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada
disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya
dengan tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan
minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru
berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan
kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar
dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat
dirusak. (Utami Munandar, 2004 : 223-224)
Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa
krakteristik guru yang cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak,
anatara lain :
1)
Penekanan bahwa guru
selalu benar;
2)
Penekanan berlebihan
pada hafalan;
3)
Penekanan pada belajar
secara mekanis;
4)
Penekanan pada evaluasi
eksternal; ppenekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan. (Ahmad
Susanto, 2011 : 126)
Dalam kehidupan
sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai polah
dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek
kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek
kertas karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak main pasir
karena takut anak terkena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi
kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas
gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya. Penyikapan orang tua
seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang
menghambat kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)
C.
PERAN GURU DALAM
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
Selama di sekolah, guru
mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan
terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan
belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah
dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran
dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama,
Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang
berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah
bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru
berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar
dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui
adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan
setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus
berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Menurut barbed and
Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru dalam
mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya sebagai
berikut :
1. Guru perlu memahami diri
sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang
dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya. Mustahil
mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku orang
lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri.
2. Di samping memahami diri
sendiri, guru perlu memiliki pengertian
tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat
perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa
yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan
dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi.
Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan
menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang
terletak di luar jangkauan kurikulum biasa.
3. Setelah anak berbakat
diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai
dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan
dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada sebagai
instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.
D.
KENDALA DALAM PENGEMBANGAN
KREATIVITAS ANAK
Kendala lain yang juga diungkapkan oleh Munandar, yang
merupakan faktor yang menghambat kreativitas, yaitu:
1. Kendala dari rumah
Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan
keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara
tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan pilihan
atau lingkungan yang terbatas.
2. Kendala dari sekolah
Ada beberapa hal yang dapat
menghambat kreativitas antara lain:
- Sikap guru, tingkat motivasi
instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih
tinggi jika guru member lebih banyak otonomi.
- Belajar dengan hafalan mekanis,
hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa karena materi
pelajaran hanya cocok untuk menjawab soal pilihan ganda bikan penalaran.
- Kegagalan, semua siswa pernah
mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara
bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi
intrinsic dan kreativitas.
- Tekanan akan konformitas,
anak-anak usia sekolah dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan
menekankan konformitas.
- Sistem sekolah, bagi anak yang
memiliki minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa
sangat membosankan.
3. Kendala konseptual
Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah
conceptual blocks yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam
pengamatan suatu masalah serta pertimbangan cara-cara pemecahannya. Kendala itu
memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal.
ü Kendala yang bersifat
eksternal antara lain:
·
Kendala kultural
Kendala
kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa contoh kendala kultural
yaitu:
1.
Berkhayal atau melamun adalah
membuang-buang waktu.
- Suka atau sikap bermain
hanyalah cocok untuk anak-anak.
- Kita harus berpikir logis,
kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.
- Setiap masalah dapat dipecahkan
dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.
- Ketertarikan pada tradisi.
- Adanya atau berlakunya tabu.
·
Kendala lingkungan dekat
Kendala
lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh kendala lingkungan dekat:
1.
Kurang adanya kerja sama dan saling percaya
antara anggota keluarga atau antara teman sejawat.
- Majikan (orang tua) yang
otokrat dan tidak terbuka terhadap ide- ide bawahannya (anak).
- Ketidaknyamanan dalam keluarga
atau pekerjaan.
- Gangguan lingkungan, keributan
atau kegelisahan.
- Kurang adanya dukungan untuk
mewujudkan gagasan-gagasan.
ü Kendala yang bersifat
internal antara lain:
·
Kendala perceptual
Kendala perceptual, kendala
perceptual dapat berupa:
1.
Kesulitan untuk mengisolasi masalah.
- Kecenderungan untuk terlalu
membatasi masalah.
- Ketidakmampuan untuk melihat
suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
- Melihat apa yang diharapkan
akan dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini.
- Kejenuhan, sehingga tidak peka
lagi dalam pengamatan.
- Ketidakmampuan untuk
menggunakan semua masukan sensoris.
·
Kendala emosional
Kendala
emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana kita melihat, dan
bagaimana kita berpikir tentang suatu masalah. Sebagai contoh:
1.
Tidak adanya tantangan, masalah tersebut
tidak menarik perhatian kita.
- Semangat yang berlebih, terlalu
bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk
diikuti.
- Takut membuat kesalahan, takut
gagal, takut mengambil resiko.
- Tidak tenggang rasa terhadap
ketaksaan (ambiguity) kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan
keamanan.
- Lebih suka menilai gagasan,
daripada member gagasan.
- Tidak dapat rileks atau
berinkubasi.
·
Kendala imajinasi
Kendala
imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi
gagasan-gagasan. Contoh:
1.
Pengendalian yang terlalu ketat terhadap
alam pra-sadar atau tidak sadar.
- Tidak memberi kesempatan pada
daya imajinasi.
- Ketidakmampuan untuk membedakan
realitas dari fantasi.
·
Kendala intelektual
Kendala
intelektual, hal ini timbul bila informasi dihimpun atau dirumuskan secra tidak
benar. Contoh:
1.
Kurang informasi atau informasi yang salah.
- Tidak lentur dalam menggunakan
strategi pemecahan masalah.
- Perumusan masalah tidak tepat.
·
Kendala dalam ungkapan
Kendala dalam ungkapan, misalnya:
1.
Keterampilan bahasa yang kurang untuk
mengungkapkan gagasan.
- Kelambatan dalam ungkapan
secara tertulis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang menghambat kreativitas terdiri dari kendala dari
rumah, kendala dari sekolah dan kendala konseptual.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor
bawaan yang hanya dimiliki individu tertentu. Dalam perkembangan
selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara
otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan.
B.
SARAN
Kami menyadari dalam menyusun dan pembuatan makalah
ini jauh dari kesempurnaan, unuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dalam penulisan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar,
Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999.
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat,Jakarta : Asdi Mahasatya, 2004
0 komentar:
Posting Komentar