Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 10 Desember 2014


PENGEMBANGAN KREATIVITAS AUD
PERANAN GURU YANG MENGHAMBAT MENDUKUNG KREATIVITAS ANAK


Oleh :
Kelompok 7

1.      Ratih Hardiyanti                   1200783
2.      Rahmi Syah Putri                 1200794
3.      Wetria Novia                                     1200802
4.      Heni Dian Furnia                  1200806
5.      Regina Monalisa                    1200814
6.      Ditha Fradina                        1200824
7.      Annisa Muharramah            1200835
8.      Rigena Morita                       1200837


JURUSAN PG – PAUD REGULER 2012
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan izinnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ PERANAN GURU YANG MENGHAMBAT DAN MENDUKUNG KREATIVITAS ANAK”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan Kreativitas AUD”. Melalui penulisan makalah ini, penulis harapkan akan menambah wawasan pembaca tentang karakteristik perkembangan anak usia dini.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari dorongan moril dan materil dari berbagai pihak, maka sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah banyak memberikan bimbingan pengetahuan dan ilmu kepada penulis. Semoga bimbingan, dorongan, bantuan menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu, dan pengalaman yang penulis miliki, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat perbaikan sangat penulis harapkan.


                                                                                                       Padang, 10 Desember 2014

Tim Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana faktor pendukung perkembangan kreativitas anak ?
2.      Bagaimana faktor penghambat perkembangan kreativitas anak ?
3.      Bagaimana peran guru dalam pengembangan kreativitas anak ?
4.      Bagaimana kendala dalam pengembangan kreativitas anak?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui faktor pendukung perkembangan kreativitas anak
2.      Untuk mengetahui faktor penghambat perkembangan kreativitas anak
3.      Untuk mengetahui peran guru dalam pengembangan kreativitas anak
4.      Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan kreativitas anak

BAB II
ISI
A.    FAKTOR PENDUKUNG KREATIVITAS ANAK
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Menurut Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat mendorong dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :
1.      Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga hanya sedikit waktu yang bisa mereka gunakan untuk membuat suatu gagasan atau konsep;
2.      Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif;
3.      Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi anak yang kreatif mereka harus bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan pada anak yang tidak kreatif;
4.      Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas;
5.      Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas anak;
6.      Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang tidak terlalu posesif akan mendorong kemandirian anak;
7.      Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan disekolah akan meningkatkan kreativitas anak;
8.      Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik kreativitas anak. (Ahmad Susanto, 2012 : 124)

Utami Munanadar mengemukakan  bahwa faktor-faktor yang mendukung kreativitas adalah :
1.      Usia;
2.      Tingkat pendidikan orang tua;
3.      Tersedianya fasilitas;
4.      Penggunaan waktu luang

Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan anak mengatakan bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses, dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 : 19)
Selain itu, ada (4) faktor pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu :
1.      Rangsangan mental, dengan memberikan motivasi, penguatan, dan menerima kekurangan dan kelebihan anak, anak merasa percaya diri untuk mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan;
2.      Iklim dan kondisi lingkungan, lingkungan yang kondusif akan mengembangkan kreatifitas anak, seperti pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah, terdapat hiasan-hiasan dinding, musik, aroma;
3.      Peran guru, guru menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah selayaknya guru memberikan yang terbaik pada anak. Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk mengembangkan kreativitas anak;
4.      Peran orang tua, orang tua memiliki peranan yang penting terhadap pengembangan kreativitas anak. Dengan menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani dan percaya diri untuk belajar terhadap lingkungannya. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)

B.     FAKTOR PENGHAMBAT KREATIVITAS ANAK
Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait serta merupakan kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum, kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Ada empat hal yang mematikan kreativitas, yaitu:
a.       Evaluasi
Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas anak.(Utami Munandar, 2004 : 223) Selain itu kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.
b.      Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
c.       Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
d.      Lingkungan yang Membatasi
Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak. (Utami Munandar, 2004 : 223-224)
            Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa krakteristik guru yang cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak, anatara lain :
1)      Penekanan bahwa guru selalu benar;
2)      Penekanan berlebihan pada hafalan;
3)      Penekanan pada belajar secara mekanis;
4)      Penekanan pada evaluasi eksternal; ppenekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek kertas karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak terkena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya. Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang menghambat kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)
C.    PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya sebagai berikut :
1.      Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri.
2.      Di samping memahami diri sendiri, guru  perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa.
3.      Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai  fasilitator belajar daripada sebagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.

D.    KENDALA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK
Kendala lain yang juga diungkapkan oleh Munandar, yang merupakan faktor yang menghambat kreativitas, yaitu:
1.      Kendala dari rumah
Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan pilihan atau lingkungan yang terbatas.
2.      Kendala dari sekolah
Ada beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain:
  1. Sikap guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak otonomi.
  2. Belajar dengan hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa karena materi pelajaran hanya cocok untuk menjawab soal pilihan ganda bikan penalaran.
  3. Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsic dan kreativitas.
  4. Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas.
  5. Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan.
3.      Kendala konseptual
Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah conceptual blocks yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam pengamatan suatu masalah serta pertimbangan cara-cara pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal.
ü  Kendala yang bersifat eksternal antara lain:
·         Kendala kultural
Kendala kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa contoh kendala kultural yaitu:
1.       Berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu.
  1. Suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak.
  2. Kita harus berpikir logis, kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.
  3. Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.
  4. Ketertarikan pada tradisi.
  5. Adanya atau berlakunya tabu.
·         Kendala lingkungan dekat
Kendala lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh kendala lingkungan dekat:
1.       Kurang adanya kerja sama dan saling percaya antara anggota keluarga atau antara teman sejawat.
  1. Majikan (orang tua) yang otokrat dan tidak terbuka terhadap ide- ide bawahannya (anak).
  2. Ketidaknyamanan dalam keluarga atau pekerjaan.
  3. Gangguan lingkungan, keributan atau kegelisahan.
  4. Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan gagasan-gagasan.
ü  Kendala yang bersifat internal antara lain:
·         Kendala perceptual
Kendala perceptual, kendala perceptual dapat berupa:
1.       Kesulitan untuk mengisolasi masalah.
  1. Kecenderungan untuk terlalu membatasi masalah.
  2. Ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
  3. Melihat apa yang diharapkan akan dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini.
  4. Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi dalam pengamatan.
  5. Ketidakmampuan untuk menggunakan semua masukan sensoris.
·         Kendala emosional
Kendala emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana kita melihat, dan bagaimana kita berpikir tentang suatu masalah. Sebagai contoh:
1.       Tidak adanya tantangan, masalah tersebut tidak menarik perhatian kita.
  1. Semangat yang berlebih, terlalu bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk diikuti.
  2. Takut membuat kesalahan, takut gagal, takut mengambil resiko.
  3. Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan (ambiguity) kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan keamanan.
  4. Lebih suka menilai gagasan, daripada member gagasan.
  5. Tidak dapat rileks atau berinkubasi.
·         Kendala imajinasi
Kendala imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh:
1.       Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra-sadar atau tidak sadar.
  1. Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi.
  2. Ketidakmampuan untuk membedakan realitas dari fantasi.
·         Kendala intelektual
Kendala intelektual, hal ini timbul bila informasi dihimpun atau dirumuskan secra tidak benar. Contoh:
1.       Kurang informasi atau informasi yang salah.
  1. Tidak lentur dalam menggunakan strategi pemecahan masalah.
  2. Perumusan masalah tidak tepat.
·         Kendala dalam ungkapan
Kendala dalam ungkapan, misalnya:
1.       Keterampilan bahasa yang kurang untuk mengungkapkan gagasan.
  1. Kelambatan dalam ungkapan secara tertulis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat kreativitas terdiri dari kendala dari rumah, kendala dari sekolah dan kendala konseptual.
  

BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan.

B.   SARAN
Kami menyadari dalam menyusun dan pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, unuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan dimasa yang akan datang.













DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999.
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta : Asdi Mahasatya, 2004




0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates